BEKSI Abah Tjenung (ce'nung). alm

Guru Besar BEKSI "Belibis Putih" Palembang

Selasa, 12 Oktober 2010

Asal Mula Beksi

        Pencak Silat Beksi sudah ada semenjak zaman kolonial Belanda. Hal itu dibuktikan dengan adanya penggunaan beladiri ini semenjak abad ke 18. Jenis beladiri ini telah diwariskan secara turun temurun kepada murid-muridnya sehingga terbentuknya silsilah guru-guru Pencak Silat Beksi untuk menjaga keaslian dari Seni Silat Beksi, Seperti Tertera Pada salah satu perguruan Beksi Waspada "Wasiat Puyang Asli Dari Asal". 
        Beksi mengandung filosofi dari setiap hurufnya, 'Berbaktilah Engkau Kepada Sesama Insan'. Filosofi ini menjadi landasan kebijaksanaan para pendekar Beksi. Sementara kata 'Beksi' aslinya berasal dari bahasa China, Bhe berarti pertahanan, Shi berarti empat/Mati. Sehingga Beksi memiliki arti Empat Pertahanan atau Pertahanan Sampai  Mati. adapun arti lainya yang disingkat kedalam bahasa indonesia Bhe artinya Pukulan, Shi menjadi Besi yang di singkat menjadi Pukulan Besi. 
 
Lie Cheng Oek   Pencipta Seni Silat Beksi
        Lie Cheng Oek adalah seorang warga keturunan China yang tinggal di Kampung Dadap, Tangerang, Banten. Beliaulah yang pertama kalinya menciptakan Seni Silat BEKSI, yang di kolaborasikan Ilmu Silat Lokal dengan ilmu Kungfu dari Tiongkok/China yang beraliran Shaolin Utara ke negeri Indonesia. Beliau diakui bersama sebagai Pencipta dan Guru Besar di Indonesia tepatnya di wilayah Tangerang dan Jakarta yang daerahnya dihuni oleh komunitas masyarakat etnis Betawi.
Salah satu keturunan beliau yang hingga kini masih mengembangkan Seni  Silat BEKSI adalah Lie Gie Tong yang merupakan salah satu keturunan dari Lie Tong San (Anak Kandung Lie Ceng Oek). Lie Ceng Oek sendiri mempunyai beberapa murid yang belajar melalui beliau langsung dan menyebarkan ISeni  Silat BEKSI ini, diantaranya adalah:
  1. Ki Marhali,
  2. H. Ghozali
  3. H. Hasbullah.
Ketiga orang inilah yang diyakini dan diakui sebagai Pewaris Seni  Silat BEKSI yang diakui secara langsung oleh Lie Gie Tong (cucu dari Lie Ceng Oek) karena ketiga orang inilah yang pernah dan langsung belajar dari Lie Ceng Oek juga mempelajari, memiliki serta menyebarkan jurus sebagaimana aslinya yang di dapat dari Lie Ceng Oek.

Ki Marhali   Murid dari Lie Ceng Oek ..
        Dikisahkan dari perselisihan yang terjadi antara Lie Ceng Oek dengan orang tua dari Ki Marhali mengenai perebutan aliran air yang mengaliri sawah di area pertanian yang mereka miliki. Perselisihan tersebut memicu hingga perkelahian diantara keduanya, dengan perjanjian jika salah satu diantara keduanya ada yang kalah, maka pihak yang kalah harus tunduk dan menimba Ilmu Bela Diri dari pihak yang menang. Selanjutnya terjadilah perkelahian sengit antara Lie Ceng Oek dan orang tua Ki Marhali yang akhirnya perkelahian tersebut dimenangkan oleh pihak Lie Ceng Oek. Sebagaimana kesepakatan yang telah disetujui bersama, maka dengan demikian orang tua Ki Marhali harus tunduk dan menimba ilmu bela diri dari Lie Ceng Oek. Karena orang tua Ki Marhali sudah lanjut usia, maka sebagai gantinya ia mengirimkan Ki Marhali sebagai penggantinya untuk menimba ilmu bela diri dari Lie Ceng Oek. Hal tersebut disetujui oleh Lie Ceng Oek, maka diangkatlah Ki Marhali sebagai murid oleh Lie Ceng Oek menggantikan bapaknya yang lanjut usia.
        Namun setelah berjalan waktu sekitar 6 bulan, Ki Marhali tidak pernah diajarkan satu jurus pun oleh Lie Ceng Oek, melainkan hanya disuruh mengambil air untuk mengairi area pertanian Lie Ceng Oek yang ditanami oleh kacang-kacangan dan lain-lain. Perihal tersebut disampaikan Ki Marhali kepada orangtuanya. Selanjutnya orang tua Ki Marhali menegur Lie Ceng Oek tentang hal tersebut. Lie Ceng Oek menjelaskan bahwasanya Ki Marhali dilatih demikian adalah bertujuan sebagai latihan fisik sebelum memasuki jurus. Setelah mendapat penjelasan tersebut orang tua Ki Marhali mengerti. Dan selang beberapa bulan kemudian Ki Marhali baru ditempa dan diajarkan jurus-jurus silat BEKSI hingga selesai keseluruhannya. Dengan demikian, Ki Marhali adalah Penerus Seni  Silat BEKSI pertama yang berasal dari warga Betawi.
 
H. Ghozali  Murid dari Ki Marhali
        H. Ghozali adalah seorang warga betawi yang tinggal di daerah petukangan, beliau adalah seorang pemain rebana dan juga seorang jagoan silat. Beliau sering mengembara kemana saja, hingga pada suatu waktu beliau singgah ke daerah Dadap, Tangerang. Disanalah beliau pertama kalinya melihat latihan Pencak Silat BEKSI yang dipimpin oleh Ki Marhali.
        Kemudian H. Ghazali menemui Ki Marhali dengan tujuan mencoba ketangguhan Seni Silat BEKSI, seandainya ia kalah nantinya ia bersedia dengan sukarela untuk belajar Seni Silat BEKSI tersebut. Namun dalam perkelahian tersebut H. Ghazali dapat dikalahkan oleh Ki Marhali.
         Dengan kekalahan tersebut, akhirnya H. Ghazali kembali ke Petukangan untuk memberitahukan kepada orang tuanya dan bermaksud meminta uang untuk mempelajari Seni Silat BEKSI Namun karena tidak memiliki uang, maka H. Ghazali terpaksa harus menjual kuda kesayangannya untuk biaya beliau mempelajari Seni Silat BEKSI. Kemudian beliau bergegas kembali ke daerah Dadap dan menimba Seni Silat BEKSI dari Ki Marhali. Selain belajar dari Ki Marhali, beliau juga sempat belajar langsung dari Lie Ceng Oek guru dari Ki Marhali.Setelah sekian lama H. Ghazali mempelajari Seni Silat BEKSI, akhirnya beliau memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Petukangan dan berniat mengajarkan Seni Silat BEKSI di daerah asalnya. Pada masa kepemimpinan beliau, Seni Silat BEKSI berkembang cukup pesat hingga ke berbagai daerah, hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya murid-murid beliau yang berasal dari Jakarta hingga ke Rengas Dengklok dan Cabang Bungin (Karawang).
 
H. Hasbullah   Guru Besar PPS. BEKSI. H. Hasbullah
        H. Hasbullah adalah warga asli Betawi yang tinggal di daerah Petukangan dan telah menguasai berbagai macam aliran silat. Beliau adalah murid dari H. Ghazali yang cukup cerdas dan sangat patuh kepada gurunya. Selain kepada H. Ghazali, beliau juga berguru langsung kepada Ki Marhali dan Lie Ceng Oek yang merupakan sesepuh dari Perguruan Pencak Silat BEKSI.
        Setelah selesai menimba Ilmu Pencak Silat BEKSI dari guru dan para sesepuh Perguruan Pencak Silat BEKSI, beliau juga berkelana mengembangkan Seni Pencak Silat BEKSI hingga ke daerah Bekasi, Karawang, Batu Jaya, Rengas Dengklok dan Cabang Bungin. Setelah cukup lama beliau mengembara, akhirnya beliau memutuskan untuk kembali ke daerah asalnya di daerah Petukangan pada tahun 1928 dan terus mengembangkan Seni Pencak Silat BEKSI sampai akhir hayatnya. Beliau mengembangkan  Seni Pencak Silat BEKSI selama ± 60 tahun. Beliau meninggal pada tanggal 14 November 1 pada usia 82 tahun. Beliaulah yang mendapat Gelar Guru Besar BEKSI yang terakhir yang diakui oleh Lie Gie Tong cucu dari Lie Ceng Oek pendiri Perguruan Pencak Silat BEKSI.









Kamis, 07 Oktober 2010

Sejarah Beksi di Palembang

        Abah Tjenung (ce'nung) adalah pangilanya, seorang perantau dari seberang datang ke Palembang dengan bekal ilmu silat dari daerah asalnya Tangerang, di bawah tahun 1990an Abah Tjenung telah mengajarkan silat Beksi kepada rekan2 sekampungnya yang sama2 merantau ke Palembang secara sembunyi-sembunyi, di karnakan pada saat itu ada larangan mengumpulkan  masa dalam jumlah yang banyak oleh pemerintah  setempat tampa izin dari pihak yang berwenang, sehubungan dengan banyaknya minat yang ingin belajar silat Beksi akhirnya Abah Tjenung mendirikan Perguruan Pencak Silat Bhesi "Belibis Putih" yang menginduk kepada  IPSSI pada tahun 1991 yang di bantu oleh rekan-rekanya di palembang dan Abah Tjenung sendiri yang menjadi Guru Besar nya.
       Beksi adalah aliran silat tradisional asli Betawi yang berkembang pesat di Jakarta dan Tangerang, di Palembang sediri berkembang atas jasa Abah Tjenung yang bersedia mengajarkan silat Beksi kepada masyarakat Palembang dan sekitarnya. Aliran silat Beksi yang diajarkanya merupakan ajaran silat Beksi yang asli sesuai dengan yang diwariskan oleh guru-gurunya dahulu, sesuai dengan filosofinya BEKSI  WASPADA "WASiat Puyang Asli Dari Asal" dan memiliki garis silsilah sampai ke pencipta silat Beksi itu sendiri.   
ciri dari keaslian seni silat Beksi adalah pukulan kepalan terbalik dengan mengunakan satu tangan setiap kali memperagakan jurus, mengapa di Perguruan Beksi "Belibis Putih" Mengunakan dua tangan ? berarti tidak asli lagi dong!!! mau tau jawabanya ikuti updatetanya aja ya!!!!!

       Perguruan Pencak Silat Bhesi "Belibis Putih" Mengalami masa kejayaanya di tahun 1995 dimana muridnya mencapai ribuan yang menyebar keseluruh kota palembang dan sekitarnya, setelah itu secara berangsur-angsur perguruan Bhesi "Belibis Putih" mengalami kemerosotan drastis hingga saat ini walaupun murid2 Abah Tjenung telah berusaha untuk membangkitkan kembali kejayaan Perguruan Bhesi "Belibis Putih" tetapi selalu mengalami kegagalan. akan tetapi murid2 Abah Tjenung masih tetap setia mengemban amanah  untuk mengajarkan silat Beksi walaupun tempat bernaungannya (perguruan) untuk sementara ini fakum.